Jumat, 19 Oktober 2012

Masalah – masalah remaja

Masalah – masalah  remaja
(Teenager problems)
Remaja merupakan tahap pendewasaan dimana seseorang mulai menggunakan pemikiran yang lebih fokus daripada sebelumnya. Berfikir mengenai kata “remaja” sering muncul konsep dalam pikiran kita bahwa tahap tersebut merupakan tahap yang paling indah yang hanya muncul satu kali, mengapa demikian???. Tahap remaja tanpa disadari sering menghampiri diri kita dengan berbagai pengalaman yang indah, contohnya adalah  saat – saat remaja sering kali setiap orang mengenal lebih banyak orang lain melalui komunikasi terlebih lagi saat ini telah muncul berbagai media jejaring social, atau dimasa remaja kita lebih mengenal lawan jenis dengan berbagai macam kepribadian mereka, dan yang sering terjadi adalah disaat remaja lebih mendorong seseorang untuk mencoba hal – hal yang baru denan harapan agar segala kemampuan yang dimiliki remaja dapat dieksplorasi lebih baik dari masa – masa sebelumnya .
Membahas mengenai “remaja” penulis mencoba memaparkan berbagai permasalahan yang sering muncul pada remaja secara universal. Munculnya masalah – masalah remaja tentunya disebabkan oleh factor – factor yang sangat mempengaruhi remaja khususnya era globalisasi saat ini. Adapun masalah tersebut adalah sebagai berikut;
  1. Masalah Cinta
  2. Masalah Orang tua
  3. Masalah keuangan
  4. Masalah pendidikan
  5. Masalah pertemanan atau pergaulan
Masalah cinta
Cinta merupakan kata yang sering muncul dikalangan remaja saat ini, kata tersebut sering digunakan oleh remaja terhadap lawan jenisnya bahkan sebagai penulis blog ini . Terkadang sering kita mendengar remaja menyebutkan, “ aku cinta kamu, yang!!”, atau kata cinta digunakan remaja seperti berikut ini, “sumpah, sampai saat ini aku loh masih cinta kamu gag ada yang lain kog”, atau yang sering muncul di media jejaring social facebook adalah kalimat berikut ini, “hari ini aku senang jalan ma kamu, LOVE U XXXX”, atau kalimat berikut ini, “ gag pernah q berfikir tuk ninggalin kamu XXXXX, YYYYY selalu cinta XXXXX.,, mmmmuaaacchhhh”, bahkan kata berikut ini muncul di berbagai lagu seperti lagu ciptaan ahmad dhani “ cinta mati” dan lagu – lagu lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kata “cinta” memang merupakan kata umum yang gemar digunakan remaja untuk mendapatkan lawan jenisnya atau untuk mengungkapkan perasaan terhadap sang pujaan hati para remaja.
Selanjutnya lebih jauh “cinta” digunakan untuk lebih kearah ekspresi seseorang terhadap perasaannya baik terhadap pacar, guru, orang tua, teman, club olahraga,  maupun orang yang ingin kita miliki namun kita tak mampu mewujudkannya, akan tetapi hati – hatilah para remaja saat ini muncul fakta bahwa “cinta” sering menjadi masalah – masalah yang terkadang sulit diatasi. Salah satu contohnya adalah cinta sering membawa perasaan remaja kearah gundah gulana, mungkin sebagian dari kalian para pembaca blog ini yang telah atau sedang dalam masa remaja pernah berfikir “padahal kemarin dia bilang cinta aku, tapi knapa hari ini dia gg ada kabar ya???”, ekspresi tersebut menunjukkan remaja sedang gundah memikirkan orang lain, memang benar cinta merupakan sesuatu yang indah akan tetapi terkadang membuat perasaan seseorang menjadi terluka bahkan sakit yang mendalam seperti hal yang mungkin pernah dialami pembaca blog ini yaitu permasalahan putus cinta para remaja dengan lawan jenis yang kerap membuat  beberapa remaja menjadi terluka dan melupakan segala hal –hal lainnya. Apakah ini yang dimaksud dengan cinta yang sesungguhnya???
Menurut pendapat penulis mungkin cinta merupakan anugerah dari Tuhan kepada manusia untuk mengungkapkan perasaannya, akan tetapi sebagai remaja selayaknya perlu untuk mengkontrol alur cinta dalam kehidupan kita, mungkin sebagai remaja kita pernah mengalami masa sulit namun kita sebagai remaja sebaiknya berfikir bagaimana menjalani hidup dengan lebih baik.


Masalah orang tua
Orang tua merupakan rumah bagi seorang remaja untuk tinggal, namun terkadang orang tua dapat menjadi air bagi penyejuk jiwa para remaja saat ini. Orang tua merupakan tumpuan bagi segala anaknya, ayah dan ibu merupakan cermin atau figure bagi segala anaknya. Masalah yang sering muncul dari berbagai remaja saat ini adalah problematika dengan para orang tua, sering masalah ini terjadi disebabkan akan adanya “perbedaan keinginan atau kepentingan”. Contoh yang terjadi misal karena kesalahpahaman antara orang tua dengan remaja adalah permasalahan prinsip maupun keyakinan, sering terjadi keinginan remaja tidak sejalan dengan keinginan orang tua atau orang tua sering memaksakan kehendak agar remaja mengikuti keinginannya.
Disisi lainnya sering muncul masalah antara orang tua dengan anak akibat kesibukan – kesibukan yang muncul dari berbagai kegiatan. Contoh karena kesibukan orang tua kerap kali kurang memperhatikan para anak remajanya sehingga para remaja beralih kearah hal – hal negative, seperti penggunaan obat – obat terlarang, atau melakukan perbuatan illegal. Akan tetapi bukan hanya orang tua saja yang dapat melakukan “misscommunication” namun para remaja kerap melakukan kegiatan atau kesibukan tanpa memberikan peluang untuk sekedar sharing dengan para orang tua, sering terjadi para remaja berkata, “ aq sibuk yah , bu, ni da urusan penting yang hal itu ntar ja deh!!”, atau yang kerap terjadi  remaja menggampangkan perintah orang tua demi hal – hal yang dianggap lebih baik dengan teman – teman sepergaulan.
Masalah keuangan
                Uang memang bukan segalanya di dunia ini, akan tetapi remaja sering kali dilanda oleh masalah keuangan. Contoh permasalahan yang sering muncul adalah remaja anak kos sering mengalami kesulitan keuangan mulai dari me-managemen keuangan hingga kesulitan mengenai tagihan pembayaran rumah  kos. Keuangan salah satu factor remaja tidak dapat mengembangkan dirinya maupun tidak dapat mewujudkan keinginannya, misal seorang remaja ingin membeli laptop baru yang pada dasarnya laptop tersebut sangat penting bagi kehidupan remaja khususnya bagi para pelajar, akan tetapi hal tersebut tidak dapat terwujud karena uang para remaja kerap kali digunakan untuk kebutuhan yang penting lainnya.
Selanjutnya, Keuangan disaat remaja merupakan hal pembelajaran dari setiap masing – masing individu, lebih tepatnya remaja dituntut untuk dapat mempergunakan uang dengan baik. Terkadang, sebagai remaja sulit sekali untuk menggunakan uang seperlunya, sebab ukuran dari kata “seperlunya” antara remaja satu dengan remaja lainnya sangat berbeda sebagai contoh mungkin bagi remaja yang mempunyai kerja akan mudah menggunakan uang untuk belanja lebih dari 1 juta namun bagi remaja yang tidak mempunyai pekerjaan dan masih harus memenuhi kebutuhan penting lainnya seperti pendidikan, maka remaja tersebut akan sulit untuk mewujudkan keinginan berbelanja lebih dari 1 juta. Dengan demikian, Sulit menggunakan uang dengan seperlunya mempengaruhi kondisi kehidupan remaja bahkan hal tersebut akan mempengaruhi kehidupan dimasa depan.
Keuangan remaja kerap berkaitan dengan gaya hidup setiap pribadi, terkadang terdapat beberapa remaja yang menggunakan uangnya untuk sekedar jalan – jalan atau hang out namun terkadang remaja tidak memikirkan factor lain, seperti kenaikan bbm yang besar pengaruhnya terhadap pengeluaran para remaja. Pada kenyataanya gaya hidup remaja memang berbeda – beda, sehingga hal tersebut mempengaruhi tingkat interaksi para remaja satu dengan yang lain, misal remaja yang bekerja untuk memenuhi kebutuhannya akan sulit berinterkasi dengan remaja yang sering “dugem” dari contoh tersebut menunjukkan tingkat keuangan  akan mempengaruhi pergaulan maupun pengembangan diri para remaja.
Masalah pendidikan
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi setiap orang khususnya remaja, hal tersebut dikarenakan factor pendidikan merupakan hal penting bagi penunjang hidup masa depan maupun masa sekarang. Di era modern saat ini remaja dituntut untuk dapat menuntut ilmu maupun mengaplikasikannya, namun terkadang untuk mewujudkan dua hal tersebut pendidikan dapat menghalangi remaja. Salah satu contohnya, system birokrasi pendidikan saat ini menuntut remaja mampu mengerjakan segala standart kompetensi yang ditentukan oleh pemerintah, namun kenyataannya banyak para remaja yang mengalami frustasi bukan karena ia tidak mampu memenuhi standart tersebut akan tetapi  karena ia tidak lebih berusaha dalam memenuhi standart pendidikan. Salain dari pada itu factor pendidik atau yang sering disebut guru juga mempengaruhi tingkat pendidikan seorang remaja, bahkan standart kompetensi pendidikan terkadang dibuat rumit padahal dengan berbagai persoalan para remaja saat ini tentu standart tersebut akan sulit dicapai.
Penulis dalam hal ini menggambarkan pada film 3 Idiots dimana 3 tokoh utuma pada cerita tersebut menggambarkan kehidupan remaja yang  pada dasarnya dunia pendidikan selalu diikuti dengan persaingan satu dengan yang lain bahkan remaja satu dengan yang lain terkadang berlomba dengan cara tidak sehat. Akan tetapi remaja seharusnya bukan lagi ditentukan arah yang mana namun remaja menentukan harus kearah mana, seperti halnya dalam pendidikan memang perlu ada persaingan tetapi dalam persaingan seharusnya tidak boleh menekan batin para remaja.
Permasalahan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan para remaja ialah masih tidak menyebarnya fasilitas yang merata maupun kesempatan yang dimiliki dikalangan remaja, dalam hal demikian remaja akan terhalangi untuk mengembangkan potensi akademik dan non akademik remaja.
Masalah dengan Teman
Pertemanan merupakan hubungan yang sering didapatkna didunia para remaja, hal ini menunjukkan bahwa pertemanan merupakan ditambah lagi saat ini telah banyak media jejaring yang akan mempermudah hubungan pertemanan remaja. Dengan demikian,  pertemanan antara remaja saat ini berkembang dengan pesat dari sebuah hubungan pertemanan terdapat hal positif maupun yang negative. Hubungan dengan teman dapat digambarkan dengan sebuah sisi yang ada dalam koin yaitu sisi positiv, sehingga remaja selayaknya menggunakan kesempatan berteman satu dengan yang lain dengan sebaik mungkin. Adapun sisi positif  dari sebuah pertemanan ialah sebagai berikut ;
  1. Pertemanan membuat remaja lebih mengetahui banyak informasi,
  2. Pertemanan membuat remaja dapat mengenal lawan jenis lebih baik lagi,
  3. Pertemanan membuat remaja dapat lebih eksis dalam kehidupan,
  4. Pertemanan merupakan salahsatu media untuk mencari jati diri.
Sedangkan sisi negative dari pertemanan ialah;
  1. Pertemanan dapat mengarahkan remaja kepada pergaulan yang negatif seperti seks bebas, atau penggunaan narkoba
  2. Pertemanan dapat mengalahkan perhatian remaja dalam hal penting lainnya, seperti remaja terkadang mengorbankan pendidikan untuk sebuah pertemanan.
  3. terkadang pertemanan membuat remaja berfikiran subyektif, sehingga apabila remaja memiliki sahabat ia akan cenderung memihak teman akrabnya tersebut daripada orang lain .
pertemanan terkadang membuat dampak yang baik bagi seseorang, namun apabila sebuah pertemanan menjadi pecah atau terjadi konflik, hal tersebut dapat membuat remaja mengalami permasalahan dalam interaksi sosial dan bahkan terhadap seseorang yang awalnya menjadi teman kemudian menjadi renggang akan berdampak menjadi saling bermusuhan dalam jangka waktu yang panjang.
Demikian adalah paparan yang dapat disampaikan penulis mengenai masalah – masalah yang sering terjadi dikalangan remaja. Pada dasarnya memang remaja sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dalam pembentukan karakter, khususnya bagi remaja sangatlah penting untuk dapat mempelajari lika – liku atau jalan hidup guna menemukan jati diri. Kelima masalah yang tercantum dalam blog ini dimaksudkan agar para pembaca dapat memahami sebagian besar masalah yang sering ditemukan remaja dan menemukan solusi apabila terdapat masalah remaja pada diri pembaca atau orang lain. Saran penulis, remaja sebaiknya harus lebih berhati – hati dan lebih pandai dalam mengambil keputusan supaya para remaja nantinya akan menjadi sosok pribadi yang baik.

Jumat, 20 Juli 2012

BUKTI CINTA SEORANG SAHABAT

BUKTI CINTA SEORANG SAHABAT
Oleh Ilkka Marchiana Utari
Ada seorang cewek yang bernama Vina. Vina duduk di kelas 2 SMK. Dia sedang jatuh cinta terhadap Dimas, cowok yang sudah kuliah yang di kenalin oleh sahabatnya, Vanya. Vina beruntung sekali sudah kenal sama Dimas. Karena selain ganteng, dia juga seseorang yang baik hati, pintar, dan sudah kuliah sambil kerja. Dia selalu saja mengunjungi Vina. Lama – lama Vina juga menyukai Dimas lebih dari seorang teman. Dan diam – diam saja Dimas naksir sahabat Vina, Vanya. Vina tidak mengetahui hal ini. Tapi Vanya sudah tau bahwa Vina menyukai Dimas. Dan dia juga mengetahui bahwa Dimas menyukai dirinya. Vanya tidak mau menyakiti sahabat sendiri. Apalagi Dimas juga mengetahui bahwa Vina menyukainya.
“ Van, apa Dimas suka sama gue??? Gue suka banget sama dia. Elo mau kan bantuin gue??? Tapi elo sebagai sahabat gue harus percaya sama gue dan jangan bilang siapa – siapa…” ucap Vina.

Vina kaget. “ Oke deeh...tapi elo juga harus membuat apa yang di sukai oleh Dimas,”
“ Iya, gue pengen banget ngobrol sama Dimas…” ucap Vina.
Vanya tersenyum lalu dia membelai kepala Vina.
Seminggu kemudian, Dimas lalu mengajak Vanya ketemuan. Vanya kaget banget begitu Dimas nembak Vanya. Vanya emang menganggap Dimas Cuma sebatas sahabat. Karena ia juga mengetahui bahwa Vina mencintai Dimas. Vanya emang nggak mau menyakiti Vina sebagai sahabat. Karena sahabat jauh lebih penting dari pada cowok. Karena sahabat tidak bisa tergantikan di hati.
“ Vanya, gue suka sama elo…Elo mau jadi cewek gue???” tanya Dimas kepada Vanya.
Vanya menggeleng, “ Sorry, gue nggak bisa menerima elo...Soalnya gue Cuma menganggap elo sebagai sahabat, nggak lebih dari itu…”
Dimas langsung kecewa, “ Kenapa, Van??? Gue suka sama elo sejak awal…sejak sebelum ketemu sama Vina,”
Vanya menggeleng, “ Nggak…beneran. Maaf, gue nggak bisa nerima elo. Kan gue udah bilang kalo gue nganggep elo sebagai sahabat. Dan gue lebih sayang sama Vina. Karena gue tahu, DIA MENCINTAI ELO. Dan elo juga tahu bahwa dia mencintai elo. Dan gue tahu semuanya. Dan gue pengen ngebahagiain Vina. Sahabat itu jauh lebih penting dari pada cowok. Dan dia anak yang baik, pintar, tidak macam – macam, dan pintar segala hal. Gue tahu dia sejak kecil. Dan gue nggak mau mengkhianati dia. Dan dia percaya gue. Please, elo mohon ngertiin gue. Gue nggak mau nyakitin Vina. Gue Cuma pengen elo bersatu sama Vina...Gue pengen Vina bahagia...”

Dimas terpaksa tersenyum. Ia malu bahwa cintanya di tolak oleh Vina. “ Ya udah kalo gitu...gue ngerti posisi elo sama Vina. Gue udah tau semuanya. Tapi gue kan belum pantes buat gue. Inilah jalan terbaik...Cuma gue lagi pikir – pikirin dulu deh masalah Vina. Okey…”
“ Oke deh,” Vanya mengangguk. “ Gue minta elo jadian sama Vina, ya!!!” setelah itu Vanya langsung meninggalkan Dimas dengan wajah Dimas yang tertegun.

Esok harinya, Vanya bercerita kepada Vina bahwa Dimas nembak dia. Vina langsung kaget.
“ APA??? Dimas nembak elo kemarin??? Serius lo???” tanya Vina dengan panik. Dari matanya aja sudah mulai melotot.
“ Iya, gue berkata sejujur mungkin dari pada gue sembunyikan ke elo…” jawab Vanya dengan sejujur mungkin.
“ Terus gimana jawaban elo???” tanya Vina dengan kaget.
Vanya tersenyum, “ Gue nolak dia,”

Di dalam hati Vina langsung lega, “ O ya??? Kenapa elo tolak???”
“ Demi elo, Vina...gue nggak mau menyakiti elo sebagai sahabat gue sendiri. Gue sayang banget sama elo. GUE NGGAK MAU MENGKHIANATI ELO SEBAGAI SAHABAT. GUE TAHU SAHABAT ITU NGGAK BISA DI GANTIKAN OLEH HATI DARI PADA COWOK. Kehilangan cowok itu jauh lebih baik. Gue cuman menganggap Dimas itu sebagai sahabat aja,” ucap Vanya.

Vina tersenyum seakan air matanya keluar, “ Vanya, elo serius nolak dia???”
“ Iya, serius...dia mengetahui perasaan elo. Gue mau ngebahagiain elo. Kan gue punya gebetan lain, Nico. Elo tau Nico, kan???” tanya Vanya. Vina mengangguk.
“ Iya, gue yakin Dimas pasti terluka hatinya,” ucap Vina sambil sesenggukan.
“ Iya, tapi ini demi elo, Vina. Gue nggak mau nyakitin elo sebagai sahabat gue. Dan gue mengorbankan Dimas buat elo. Karena gue mencintai cowok lain. Vina, gue pengen elo bahagia…” ucap Vanya sambil mengeluarkan air mata juga.
“ Vanya, thanks banget ya. Karena elo mau mengorbankan cinta gue. Dan elo tau bahwa gue sayang banget sama Dimas. Tapi gue yakin elo sahabat sejati gue,” ucap Vina sambil memeluk Vanya.

Vanya membalas pelukan Vina. Bahwa dia mencintai sahabat juga. Karena ia rela mengorbankan perasaannya sendiri.
“ Please, gue minta elo jadian sama Dimas,” ucap Vanya dengan pelan.
Vina mengangguk.

Seminggu kemudian, Dimas dan Vina lalu ketemuan di pinggir danau. Sedangkan Vanya yang mengatur pertemuan mereka semua. Dan ini semua kejutan Vanya untuk Vina.
“ Hmm, Dimas…apa yang ada di pikiran kamu sekarang???” tanya Vina kepada Dimas.

Dimas melirik Vina sambil tersenyum. Ia sudah mulai jatuh cinta kepada Vina.
“ Kok kamu diam aja???” tanya Vina. “ Apa Vanya masih ada di pikiran kamu????”

Dimas menggeleng.
“ Oh, emang siapa???” tanya Vina.
“ Kamu, Vina!!!” ucap Dimas. “ Kamu mau jadi pacar aku sekarang??? Tentu saja aku mau membahagiakan kamu, Vin!!!”

Vina tersenyum bahagia ketika Dimas mengucapkan itu. Dia lalu mencubit lengannya. Ternyata sakit. Ini bukan mimpi.
“ Vina,” ucap Dimas sambil menggenggam tangan Vina. “ Kita jadian sekarang, yuk!!!”
Vina mengangguk. Dimas tersenyum. Dia lalu memeluk Vina dan mencium kening Vina.
Vanya, terima kasih banyak ya. Karena elo sahabat sejati gue. Ucap Vina di dalam hati.

Esok harinya, Vina lalu bertemu Vanya, “ Vanya, gue bahagia banget...”
“ Kenapa, Vin??? Pasti Dimas, kan??? Heheheeh…” goda Vanya.
“ Ya….iyalaaah…siapa lagi. Ternyata gue jadian sama Dimas,” ucap Vina dengan berbinar – binar.
“ Oh, ya??? Selamet ya...” ucap Vanya sambil menjabat tangan Vina.
“ makasih,” ucap Vina.
“ Bener kan, gue nggak mau nyakitin elo. Coba kalo gue yang jadian sama dia. Elo pasti yang musuhin gue dan babak belur lo. Gue nggak mau elo sampe patah hati gitu,”
“ Terima kasih, elo sahabat yang baik, Van...” ucap Vina sambil menatap Vanya. Ia tahu bahwa persahabatan itu jauh lebih penting. Karena sahabat itu tidak bisa tergantikan di hati. Ia nggak mau teman makan teman. Vina beruntung memiliki sahabat yang baik, pengertian, sabar, dan mau mengorbankan perasaannya untuk Vina. Jarang sekali ada cewek yang kayak Vanya begitu. Vanya sangat benci terhadap PENGKHIANATAN SAHABAT.

Kamis, 24 Mei 2012

masalah dalam masa remaja

    Masalah dalam Masa Remaja

    Oleh : Drs. Irsyad Das, M.Pd., Kons.
    Pengertian Masalah
    Kata “masalah” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) berarti sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan). Masalah merupakan sesuatu yang menghambat, merintangi, atau mempersulit seseorang mencapai maksud dan tujuan tertentu (Winkel, 1985). Kondisi bermasalah dengan demikian mengganggu dan dapat merugikan individu maupun lingkungannya. Prayitno (2004a:4) mengungkapkan masalah seseorang dapat dicirikan sebagai “(1) sesuatu yang tidak disukai adanya, (2) sesuatu yang ingin dihilangkan, dan/atau (3) sesuatu yang dapat menghambat atau menimbulkan kerugian, ...”. Berdasarkan pengertian dan ciri-ciri masalah tersebut dapat dirumuskan bahwa masalah pada diri individu adalah suatu kondisi sulit yang memerlukan pengentasan dan apabila dibiarkan akan merugikan.
    Karakteristik Masalah dalam Masa Remaja
    Siswa SMA berada dalam masa remaja (adolescence). Arti adolescence mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1980:206). Masa remaja ditandai oleh perubahan-perubahan psikologis dan fisik yang pesat. Remaja telah meninggalkan masa anak-anak, tapi ia belum menjadi orang dewasa. Remaja berada dalam masa peralihan atau transisi.
    Remaja mengalami berbagai masalah sebagai akibat perubahan-perubahan itu dalam interaksinya dengan lingkungan. Sebagian masalah-masalah itu berkaitan dengan dinamika hubungan remaja dan orang tuanya, antara lain sebagai berikut:
  • Otonomi dan Kedekatan.
Santrock (1983:41) memandang bahwa isu utama relasi orang tua dan remaja adalah masalah otonomi dan kedekatan (attachment). Bahwa selain memasuki dunia yang terpisah dengan orang tua sebagai salah satu tanda perkembangannya, remaja juga menuntut otonomi dari orang tuanya. Remaja ingin memperlihatkan bahwa merekalah yang bertanggungjawab atas keberhasilan dan kegagalan mereka, sebagian mereka menolak bantuan orang tua dan guru-guru (Santrock, 1983:41; Hurlock, 1980:208). Otonomi terutama diraih melalui reaksi orang-orang dewasa terhadap keinginan mereka untuk memperoleh kendali atas dirinya. Orang tua yang bijaksana, dengan demikian, akan melepaskan kendali di bidang-bidang di mana anak remajanya dapat mengambil keputusan yang masuk akal sambil tetap terus membimbing.
Dalam meraih otonomi, menurut Santrock (1983:41), kedekatan dengan orang tua pada masa remaja dapat membantu pengembangan kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial remaja, seperti harga diri, penyesuaian emosi, dan kesehatan fisik. Artinya, selama masa remaja keterkaitan dan kedekatan dengan orang tua sangat membantu pengembangan bidang pribadi dan sosial remaja. Dalam arti sebaliknya, kurangnya attachment akan menimbulkan masalah otonomi yang disertai akibat-akibat psikologis dan sosial negatif pada diri remaja.
  • Keinginan Mandiri
Banyak remaja yang ingin mandiri. Mereka berkeinginan mengatasi masalahnya sendiri. Meski begitu, jiwa para remaja itu membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang tua (Hurlock, 1980:209). Hal ini mengisyaratkan bahwa masalah-masalah remaja yang disebabkan oleh kurangnya pengalaman, wawasan dan informasi tentang tingkah laku yang seharusnya mereka ambil dapat diatasi dengan mudah, namun masalah yang bersumber dari hubungan emosional dengan orang tua memerlukan pengertian dan bantuan dari orang tua sendiri ataupun guru.
Kurang terpenuhinya kebutuhan rasa aman dari orang tua merupakan salah satu sumber masalah lemahnya kemandirian anak remaja. Masalah semacam ini dapat dientaskan dengan bantuan orang tua sehingga masalah-masalah yang lebih ringan dapat diselesaikan sendiri oleh sang anak.
  • Identitas Diri
Masa remaja adalah ketika seseorang mulai ingin mengetahui siapa dan bagaimana dirinya serta hendak ke mana ia menuju dalam kehidupannya. Teori terkemuka mengenai hal ini dikemukakan oleh Erikson, yaitu identitas diri versus kebingungan peran yang merupakan salah satu tahap dalam kehidupan individu (Hansen, Stevic and Warner, 1977:52). Penelitian mengenai hubungan gaya pengasuhan orang tua dengan perkembangan identitas menujukkan bahwa orang tua demokratis mempercepat pencapaian identitas, orang tua otokratis menghambat pencapaian identitas, dan orang tua permisif meningkatkan kebingungan identitas, sedangkan orang tua yang mendorong remaja untuk mengembangkan sudut pandang sendiri, memberikan tindakan memudahkan akan meningkatkan pencapaian identitas remaja (Santrock, 1983:58-59).
Tampak bahwa perkembangan identitas diri pada masa remaja sangat dipengaruhi oleh perlakuan orang tua. Penyelesaian masalah-masalah remaja yang berhubungan dengan pencarian identitas diri, secara demikian, memerlukan keterlibatan orang tua secara tepat dan efektif.
Kenakalan Remaja
Kenakalan remaja merupakan masalah masa remaja yang ber-dimensi luas. Masalah ini mencakup berbagai tingkah laku sejak dari tampilan tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial hingga tindakan kriminal. Karenanya, akibat-akibat kenakalan remaja dapat berhubungan dengan persoalan sosial yang luas serta penegakan hukum. Apa pun akibatnya, kenakalan remaja bersumber dari kondisi perkembangan remaja dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Santrock (1983:35) kenakalan remaja yang disebabkan faktor orang tua antara lain adalah kegagalan memantau anak secara memadai, dan pendisiplinan yang tidak efektif. Zakiah Daradjat (1995:59) mengungkapkan bahwa penyimpangan sikap dan perilaku remaja ditimbulkan oleh berbagai kondisi yang terjadi jauh sebelumnya, antara lain oleh kegoncangan emosi, frustrasi, kehilangan rasa kasih sayang atau merasa dibenci, diremehkan, diancam, dihina, yang semua itu menimbulkan perasaan negatif dan kemudian dapat diarahkan kepada setiap orang yang berkuasa, tokoh masyarakat dan pemuka agama dengan meremehkan nilai-nilai moral dan akhlak.

Pengentasan masalah siswa yang berhubungan dengan kenakalan remaja tidak hanya memerlukan perubahan insidental pada sikap dan perlakuan orang tua serta berbagai elemen dalam masyarakat, melainkan juga dengan pengungkapan dan pemahaman mendalam terhadap faktor-faktor timbulnya tingkah laku yang tidak dikehendaki itu. Artinya, diperlukan penelusuran terhadap kehidupan yang dilalui sebelumnya dengan pendekatan dan teknik bantuan profesional. Kehidupan remaja tersebut sebagian besarnya terkait dengan kehidupan dalam keluarga dan kondisi orang tua mereka.

Sabtu, 03 Maret 2012

PERILAKU REMAJA ZAMAN SEKARANG

PERILAKU REMAJA ZAMAN SEKARANG

Situs media pertemanan khusus para siswa yang di kelola oleh lembaga pendidikan , sebagai sarana kegiatan belajar secara berkesinambungan, dan untuk menghindari hal yang tidak di inginkan. baca selengkapnya di sini

Zaman sekarang benar apa yang dikatakan orang-orang yaitu zamannya wong edan…………sekarang banyak kalangan remaja yang semakin tidak karuan tingkah lakunya……Pergaulan bebas ada dimana-mana terjadi…pria wanita sama saja….mereka bersenang-senang sampai melampaui batas kewajaran……Pacar kata itu yang dijadikan para pria untuk mendapatkan segala keinginannya…padahal apakah pacaran itu terikat dengan janji suci seperti akad pernikahan?tidak kan…pacaran hanya seperti ikatan persahabatan yang dekat dengan kita.. dan pacaran adalah bukan selayaknya suami dan istri yang sudah mengikat janji suci di akad nikahnya…….saya sangat merasa kasihan kepada mereka-mereka yang terjerumus ke jurang setan, apalagi dampak dari pergaulan wanita yang bebas sangatlah menonjol bahkan pria sedikit pun tidak merasa kasihan kepada para wanita yang telah mereka nodai….tetapi saya tidak menyalahkan pria saja tetapi sosok wanita yang juga menjadi sorotan utama dalam hal ini, wanita seharusnya tau bagaimana akibat dari pergaulan bebas yang menjerumuskan mereka sendiri di kehidupan yang kelam nantinya……pergaulan bebas saat ini tentunya bagi kaum remaja tidaklah haram tentunya malah mereka menjadikan kehalalan bagi mereka, mereka seharusnya sadar hidup di dunia ini hanyalah sementara dan hidup akhirat kekal abadi…..saya hanya berdoa agar allah segera membukakan pintu hati para remaja-remaja sekarang yang terjebak dalam pergaulan bebas, kalau ini dibiarkan terus menerus dunia ini akan hancur dengan tingkah laku masyarakat yang tidak pernah menghargai norma kesusilaan…..untuk menghindari itu semua, kita harus meningkatkan ketaqwaan pada allah SWT, memang berat jika menjalani kebenaran dan begitupun dengan menjalankan sesuatu yang haram tentu sangatlah mudah karena kita selalu digoda oleh iblis yang terkutuk…bahkan jika kita tidak melakukan hal yang maksiat, banyak dari teman kita yang mengolok dan mengata-ngatai kita dengan “katroklah…ndesolah….”padahal yang melakukan maksiat itulah yang ndeso, kenapa ajaran iblis diikuti?
supaya para iblis tidak merasa senang, kita harus menjauhkan diri kita dari godaan setan yang terkutuk….kita harus mendekatkan diri kita selalu pada allah ta’ala….memang untuk menjauhkan perbuatan itu sangatlah sulit hampir semua kalangan remaja tidak bersih dalam pergaulannya…….seharusnya mereka berfikir kenapa mereka berbuat seperti itu, padahal mereka kan belum terikat apapun bahkan hanya dengan gelar berpacaran, mereka berbuat yang neko-neko tidak pernah berpikir apa yang akan terjadi dari perbuatan maksiat itu….seperti hal nya akan terjangkit virus HIV dan tentunya untuk wanita yaitu hamil………….penyesalan datangnya terakhir kata-kata itu yang selalu saya terapkan dalam kehidupan ini, jadi setiap ingin melakukan sesuatu saya pasti akan berpikir secara matang…..apalagi masalah pergaulan bebas……naudzubillah mindzalig jangan sampai saya terperosok dalam jurang itu…….allah akan melaknat siapa saja yang berbuat maksiat jadi untuk saudara-saudaraku sadarlah kalian janganlah kau dustai agamamu tapi dekatkanlah kamu dengan tuhanmu agar kamu bisa mendapatkan ketenangan lahir dan batin. Taubatlah taubat wahai sahabat jangan sampai kau terlambat….taubat lah taubat wahai sahabat jangan sampai kau tersesat jangan ulangi kesalahan lagi sesungguhnya kita akan merugi jangan ulangi kebodohan lagi sesungguhnya allah mengetahui….hidup di dunia hanya sementara hidup di dunia tak akan lama alam akhirat sedang menanti kita dia alam akhirat kita abadi disana…..dan juga ingatkan pada diri kita kalau seakan-akan besok kita akan mati, pasti kita akan terpacu untuk bebrbuat kebaikan, sekali lagi dimana pun kalian berada dilubang semut pun kau bersembunyi, memang orang-orang disekeliling kita tak tau tapi jangan terlewatkan bahwa allah selalu melihat kita………semoga para remaja-remaja di dunia ini cepat taubat dan jangan ikut-ikutan trend orang barat tetapi ikutilah bangsa Indonesia yang mempunyai budi pekerti luhur.untuk menghindari semua itu untuk para wanita, berpakaianlah yang sopan agar tidak memancing nafsu birahi pria dan untuk pria, saya hanya bisa berkata….”dekatkan selalu dirimu pada allah dan juga selalu berpikiran yang positif karena dengan berfikiran negative itu akan mengundang kemaksiatan yang terjadi……dan juga jaga selalu perbuatan yang baik dan jauhkan diri dari hal-hal yang negative” jika kita ingin berubah, insya allah…allah akan meridhoi kita…..






*artikel ini dibuat bukan untuk menyindir ataupun bukan menggurui tetapi hanya dibuat dari kejadian-kejadian yang saya jumpai dikalangan remaja ini………..sebelumnya saya mohon maaf jika dalam penulisannya terdapat kesalahan karena saya hanya manusia biasa yang penuh dengan kekhilafan……..*

PERILAKU REMAJA ZAMAN SEKARANG

PERILAKU REMAJA ZAMAN SEKARANG

Situs media pertemanan khusus para siswa yang di kelola oleh lembaga pendidikan , sebagai sarana kegiatan belajar secara berkesinambungan, dan untuk menghindari hal yang tidak di inginkan. baca selengkapnya di sini

Zaman sekarang benar apa yang dikatakan orang-orang yaitu zamannya wong edan…………sekarang banyak kalangan remaja yang semakin tidak karuan tingkah lakunya……Pergaulan bebas ada dimana-mana terjadi…pria wanita sama saja….mereka bersenang-senang sampai melampaui batas kewajaran……Pacar kata itu yang dijadikan para pria untuk mendapatkan segala keinginannya…padahal apakah pacaran itu terikat dengan janji suci seperti akad pernikahan?tidak kan…pacaran hanya seperti ikatan persahabatan yang dekat dengan kita.. dan pacaran adalah bukan selayaknya suami dan istri yang sudah mengikat janji suci di akad nikahnya…….saya sangat merasa kasihan kepada mereka-mereka yang terjerumus ke jurang setan, apalagi dampak dari pergaulan wanita yang bebas sangatlah menonjol bahkan pria sedikit pun tidak merasa kasihan kepada para wanita yang telah mereka nodai….tetapi saya tidak menyalahkan pria saja tetapi sosok wanita yang juga menjadi sorotan utama dalam hal ini, wanita seharusnya tau bagaimana akibat dari pergaulan bebas yang menjerumuskan mereka sendiri di kehidupan yang kelam nantinya……pergaulan bebas saat ini tentunya bagi kaum remaja tidaklah haram tentunya malah mereka menjadikan kehalalan bagi mereka, mereka seharusnya sadar hidup di dunia ini hanyalah sementara dan hidup akhirat kekal abadi…..saya hanya berdoa agar allah segera membukakan pintu hati para remaja-remaja sekarang yang terjebak dalam pergaulan bebas, kalau ini dibiarkan terus menerus dunia ini akan hancur dengan tingkah laku masyarakat yang tidak pernah menghargai norma kesusilaan…..untuk menghindari itu semua, kita harus meningkatkan ketaqwaan pada allah SWT, memang berat jika menjalani kebenaran dan begitupun dengan menjalankan sesuatu yang haram tentu sangatlah mudah karena kita selalu digoda oleh iblis yang terkutuk…bahkan jika kita tidak melakukan hal yang maksiat, banyak dari teman kita yang mengolok dan mengata-ngatai kita dengan “katroklah…ndesolah….”padahal yang melakukan maksiat itulah yang ndeso, kenapa ajaran iblis diikuti?
supaya para iblis tidak merasa senang, kita harus menjauhkan diri kita dari godaan setan yang terkutuk….kita harus mendekatkan diri kita selalu pada allah ta’ala….memang untuk menjauhkan perbuatan itu sangatlah sulit hampir semua kalangan remaja tidak bersih dalam pergaulannya…….seharusnya mereka berfikir kenapa mereka berbuat seperti itu, padahal mereka kan belum terikat apapun bahkan hanya dengan gelar berpacaran, mereka berbuat yang neko-neko tidak pernah berpikir apa yang akan terjadi dari perbuatan maksiat itu….seperti hal nya akan terjangkit virus HIV dan tentunya untuk wanita yaitu hamil………….penyesalan datangnya terakhir kata-kata itu yang selalu saya terapkan dalam kehidupan ini, jadi setiap ingin melakukan sesuatu saya pasti akan berpikir secara matang…..apalagi masalah pergaulan bebas……naudzubillah mindzalig jangan sampai saya terperosok dalam jurang itu…….allah akan melaknat siapa saja yang berbuat maksiat jadi untuk saudara-saudaraku sadarlah kalian janganlah kau dustai agamamu tapi dekatkanlah kamu dengan tuhanmu agar kamu bisa mendapatkan ketenangan lahir dan batin. Taubatlah taubat wahai sahabat jangan sampai kau terlambat….taubat lah taubat wahai sahabat jangan sampai kau tersesat jangan ulangi kesalahan lagi sesungguhnya kita akan merugi jangan ulangi kebodohan lagi sesungguhnya allah mengetahui….hidup di dunia hanya sementara hidup di dunia tak akan lama alam akhirat sedang menanti kita dia alam akhirat kita abadi disana…..dan juga ingatkan pada diri kita kalau seakan-akan besok kita akan mati, pasti kita akan terpacu untuk bebrbuat kebaikan, sekali lagi dimana pun kalian berada dilubang semut pun kau bersembunyi, memang orang-orang disekeliling kita tak tau tapi jangan terlewatkan bahwa allah selalu melihat kita………semoga para remaja-remaja di dunia ini cepat taubat dan jangan ikut-ikutan trend orang barat tetapi ikutilah bangsa Indonesia yang mempunyai budi pekerti luhur.untuk menghindari semua itu untuk para wanita, berpakaianlah yang sopan agar tidak memancing nafsu birahi pria dan untuk pria, saya hanya bisa berkata….”dekatkan selalu dirimu pada allah dan juga selalu berpikiran yang positif karena dengan berfikiran negative itu akan mengundang kemaksiatan yang terjadi……dan juga jaga selalu perbuatan yang baik dan jauhkan diri dari hal-hal yang negative” jika kita ingin berubah, insya allah…allah akan meridhoi kita…..






*artikel ini dibuat bukan untuk menyindir ataupun bukan menggurui tetapi hanya dibuat dari kejadian-kejadian yang saya jumpai dikalangan remaja ini………..sebelumnya saya mohon maaf jika dalam penulisannya terdapat kesalahan karena saya hanya manusia biasa yang penuh dengan kekhilafan……..*

Jumat, 02 Maret 2012

Dampak Positif dan Negatif Pacaran Bagi Remaja

Arifin (2002) mengatakan adanya dampak positif maupun negatif dari pacaran bagi remaja, seperti:
1.   Prestasi Sekolah
Bisa meningkat atau menurun. Di dalam hubungan pacaran pasti ada suatu permasalahan yang dapat membuat pasangan tersebut bertengkar. Dampak dari pertengkaran itu dapat mempengaruhi prestasi mereka di sekolah. Tetapi tidak menutup kemungkinan dapat mendorong mereka untuk lebih meningkatkan prestasi belajar mereka.
2.   Pergaulan Sosial
Pergaulan bisa tambah meluas atau menyempit. Pergaulan tambah meluas, jika pola interaksi dalam peran hanya berkegiatan berdua, tetapi banyak melibatkan interaksi dengan orang lainnya (saudara, teman, keluarga, dan lain-lain).
Pergaulan tambah menyempit, jika sang pacar membatasi pergaulan dengan yang lain (tidak boleh bergaul dengan yang lain selain dengan aku).
3.   Mengisi Waktu Luang
Bisa tambah bervariatis atau justra malah terbatas. Umumnya, aktivitas pacaran tidak produktif (ngobrol, nonton, makan, dan sebagainya), namun dapat menjadi produktif, jika kegiatan pacaran diisi dengan hal-hal seperti olah raga bersama, berkebun, memelihara binatang, dan sebagainya.
4.   Keterkaitan Pacaran dengan Seks
Pacaran mendorong remaja untuk merasa aman dan nyaman. Salah satunya adalah dengan kedekatan atau keintiman fisik. Mungkin awalnya memang sebagai tanda atau ungkapan kasih sayang, tapi pada umunya akan sulit membedakan rasa sayang dan nafsu. Karena itu perlu upaya kuat untuk saling membatasi diri agar tidak melakukan kemesraan yang berlebihan.
5.   Penuh Masalah Sehingga Berakibat Stres
Hubungan dengan pacar tentu saja tidak semulus diduga, jadi pasti banyak terjadi masalah dalam hubungan ini. Jika remaja belum siap punya tujuan dan komitman yang jelas dalam memulai pacaran, maka akan memudahkan ia stres dan frustasi jika tidak mampu mengatasi masalahnya.
6.   Kebebasan Pribadi Berkurang
Interaksi yang terjadi dalam pacaran menyebabkan ruang dan waktu untuk pribadi menjadi lebih terbatas, karena lebih banyak menghabiskan waktu untuk berduaan dengan pacar.
7.   Perasaan Aman, Tenang, Nyaman, dan Terlindung
Hubungan emosional (saling mengasihi, menyayangi, dan menghormati) yang terbentuk ke dalam pacaran dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman, dan terlindungi. Perasaan seperti ini dalam kadar tertentu dapat membuat seseorang menjadi bahagia, menikmati hidup, dan menjadi situasi yang kondusif baginya melakukan hal-hal positif
PENGERTIAN REMAJA

Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak. Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun.

Definisi

Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada, perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini, pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis, abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar keluarga.[1]
Dilihat dari bahasa inggris "teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua dan pendidik sebagai bagian masyarakat yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan remaja menuju kedewasaan.[rujukan?] Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di antara anak-anak dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga berada dalam golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23) remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah antara 12 hingga 21 tahun.[rujukan?]
Rentang waktu usia remaja ini biasanya dibedakan atas tiga, yaitu[rujukan?]
  • 12 – 15 tahun
  • masa remaja awal, 15 – 18 tahun
  • masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
  • masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10 – 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18 tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun psikologis.


Jumat, 17 Februari 2012

PERKEMBANGANREMAJA

2010
01.29
Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Banyak tokoh yang memberikan definisi tentang remaja, seperti DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit melainkan secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence).
Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun.
Menurut Adams & Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
Papalia & Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Anna Freud (dalam Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja terjadi proses perkembangan meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu:

1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun
a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:
  • Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi
  • Anak mulai bersikap kritis
b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:
  • Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya
  • Memperhatikan penampilan
  • Sikapnya tidak menentu/plin-plan
  • Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib
c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:
  • Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya
  • Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria
2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun
Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:
  • perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis
  • mulai menyadari akan realitas
  • sikapnya mulai jelas tentang hidup
  • mulai nampak bakat dan minatnya

Ciri-ciri Masa Remaja

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik, maupun psikologis. Ada beberapa perubahan yang terjadi selama masa remaja.
  1. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi ini merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntutan dan tekanan yang ditujukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak lagi bertingkah seperti anak-anak, mereka harus lebih mandiri dan bertanggung jawab. Kemandirian dan tanggung jawab ini akan terbentuk seiring berjalannya waktu, dan akan nampak jelas pada remaja akhir yang duduk di awal-awal masa kuliah.
  2. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga disertai kematangan seksual. Terkadang perubahan ini membuat remaja merasa tidak yakin akan diri dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti sistem sirkulasi, pencernaan, dan sistem respirasi maupun perubahan eksternal seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja.
  3. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan orang lain. Selama masa remaja banyak hal-hal yang menarik bagi dirinya dibawa dari masa kanak-kanak digantikan dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini juga dikarenakan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja, maka remaja diharapkan untuk dapat mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis, dan dengan orang dewasa.
  4. Perubahan nilai, dimana apa yang mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting karena sudah mendekati dewasa.
  5. Kebanyakan remaja bersikap ambivalen dalam menghadapi perubahan yang terjadi. Di satu sisi mereka menginginkan kebebasan, tetapi di sisi lain mereka takut akan tanggung jawab yang menyertai kebebasan tersebut, serta meragukan kemampuan mereka sendiri untuk memikul tanggung jawab tersebut.
Makna 4 Jenis Boneka bagi Remaja

Kalo anda mau ngasih boneka ke cewe atau mau ngasih ke cowo,sebaiknya anda tahu makna apa saja yang ada di balik boneka itu. kali ini akan sedikit memberi info soal arti dari beberapa boneka dalam bentuk binatang.

1. Boneka beruang :
Beruang itu adalah binatang liar yang amat sangat penyayang. Kado boneka beruang ini cocok banget buat para pasangan yang sering berantem. Kenapa?
Karena setiap tahun, beruang itu pasti berhibernasi, tapi setelah tidur panjangnya, dia akan beraktifitas lebih baik dari sebelumnya. Begitu juga buat pasangan yang sering berantem, harusnya kalian juga ngambil jarak dulu setelah berantem, supaya pikiran bisa jernih dan bisa ngambil keputusan selanjutnya dengan bijak. Jadi kalo di ibaratin, boneka beruang itu berarti : give me more time, honey.

2. Boneka landak :
Ini bagus di kasih buat pasangan yang tidak direstuin sama orang tua masing-masing. Anda pasti tau kan kalo landak itu punya banyak duri di punggungnya? Duri itu bukan tidak ada gunanya, tapi itu buat pertahanan diri si landak itu dan juga ditujuakan buat ngelindungin pasangan si landak itu? Jadi makna di balik boneka landak adalah : I'll protect you always, sweetheart

3. Boneka anjing :
Boneka anjing pas banget buat nembak cewe/cowo. Karena anjing itu setia banget dengan pasangannya, jadi kalo kalian ngasih boneka anjing buat nembak seseorang, itu nunjukin keseriusan kalian dan kalian juga menjanjikan buat selalu setia sama cewe/cowo itu.

4. Boneka babi :
Pernah lihat celengan? Biasanya celengan ada yang bentuknya babi kan? kalo di lihat dari namanya, celeng itu artinya babi! Trus apa maknanya boneka babi? babi sering banget ngumpulin makanan buat anak-anaknya, mereka jadi bahagia dan makmur. Kalo mau ngasih boneka babi ke pasangan kalian, itu nunjukin banget kalo : Sayang, aku cinta mati sama kamu. Lihat aku sudah nyimpan cintaku semuanya buat kamu.

Minggu, 12 Februari 2012

Masalah kesehatan mental emosional remaja

Masalah kesehatan mental emosional remaja


Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang. Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005, jumlah remaja yang berusia 10 – 19 tahun adalah sekitar 41 juta orang (20% dari jumlah total penduduk Indonesia dalam tahun yang sama). Dalam era globalisasi ini banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di kota besar di Indonesia, tidak terkecuali yang tinggal di daerah perdesaan seperti, tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet yang bebas, dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai keterampilan dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan optimal.

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.

Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan “hebat”. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah, remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat “tidak memikirkan akibat” dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan rasa tanggung jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi masalah itu sebagai “seseorang yang baru”; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para “idola”nya untuk menyelesaikan masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja. Dari beberapa dimensi perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan – kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang risiko dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang risiko pada masa remaja misalnya seperti penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas sosial yang berganti – ganti pasangan dan perilaku menentang bahaya seperti balapan motor, naik gunung dll. Alasan perilaku yang mengundang risiko ada bermacam – macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (conterphobic dynamic), rasa takut dianggap hal yang dinilai rendah, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan teman sebaya.

Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi perubahan dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi sebagai anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena di masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan biologik, psikologik, maupun perubahan sosial. Dalam keadaan ‘serba tanggung’ ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri (konflik internal), maupun konflik lingkungan sekitarnya (konflik eksternal). Apabila konflik ini tidak diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan mental.

Untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut, perlu dilakukan pengenalan awal (deteksi dini) perubahan yang terjadi dan karateristik remaja dengan mengidentifikasi beberapa faktor risiko dan faktor protektif sehingga remaja dapat melalui periode ini dengan optimal dan ia mampu menjadi individu dewasa yang matang baik fisik maupun psikisnya.

Perkembangan psikososial pada remaja

Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologik, psikologik, dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan lingkungannya.

Ada tiga faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu;

1. Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen).
2. Faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra-remaja.
3. Faktor lingkungan yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.

Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang memadai.

Dengan demikian akan selalu ada faktor risiko dan faktor protektif yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian seorang remaja, yaitu;

1. Faktor risiko

Dapat bersifat individual, konstektual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai dengan kerentanan psikososial, dan resilience pada seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan emosi dan perilaku yang khas pada seorang remaja.1

Faktor risiko dapat berupa;

a. Faktor individui.

1. Faktor genetik/konstitutional; berbagai gangguan mental mempunyai latar belakang genetik yang cukup nyata, seperti gangguan tingkah laku, gangguan kepribadian, dan gangguan psikologik lainnya.
2. Kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti, menghadapi rasa takut, rendah diri, dan rasa tertekan. Adanya kepercayaan bahwa perilaku kekerasan adalah perilaku yang dapat diterima, dan disertai dengan ketidakmampuan menangani rasa marah. Kondisi ini cenderung memicu timbulnya perilaku risiko tinggi bagi remaja.

b. Faktor psikososiali.

1. Keluarga
Ketidakharmonisan antara orangtua, orangtua dengan y ypenyalahgunaan zat, gangguan mental pada orangtua, ketidakserasian temperamen antara orangtua dan remaja, serta pola asuh orangtua yang tidak empatetik dan cenderung dominasi, semua kondisi di atas sering memicu timbulnya perilaku agresif dan temperamen yang sulit pada anak dan remaja.
2. Sekolah
Bullying merupakan salah satu pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya, serta berdampak terjadinya kegagalan akademik. Kondisi ini merupakan faktor risiko yang cukup serius bagi remaja. Bullying atau sering disebut sebagai peer victimization adalah bentuk perilaku pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologik maupun fisik terhadap seseorang/sekelompok orang yang lebih lemah, oleh seseorang/sekelompok orang yang lebih kuat.
Bullying dapat bersifat (a) fisik seperti, mencubit, memukul, memalak, atau menampar; (b) psikologik seperti, mengintimidasi, mengabaikan, dan diskriminasi; (c) verbal seperti, memaki, mengejek, dan memfitnah. Semua kondisi ini merupakan tekanan dan pengalaman traumatis bagi remaja dan seringkali mempresipitasikan terjadinya gangguan mental bagi remaja
Hazing adalah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anggota kelompok yang sudah ’senior’ yang berusaha mengintimidasi kelompok yang lebih ’junior’ untuk melakukan berbagai perbuatan yang memalukan, bahkan tidak jarang kelompok ’senior’ ini menyiksa dan melecehkan sehingga menimbulkan perasaan tidak nyaman baik secara fisik maupun psikik. Perbuatan ini seringkali dilakukan sebagai prasyarat untuk diterima dalam suatu kelompok tertentu. Ritual hazing ini sudah lama dilakukan sebagai tradisi dari tahun ke tahun sebagai proses inisiasi penerimaan seseorang dalam suatu kelompok dan biasanya hanya berlangsung singkat, namun tidak jarang terjadi perpanjangan sehingga menimbulkan tekanan bagi remaja yang mengalaminya.
Bullying dan hazing merupakan suatu tekanan yang cukup serius bagi remaja dan berdampak negatif bagi perkembangan remaja. Prevalensi kedua kondisi di atas diperkirakan sekitar 10 - 26%. Dalam penelitian tersebut dijumpai bahwa siswa yang mengalami bullying menunjukkan perilaku yang tidak percaya diri, sulit bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga angka absebsi menjadi tinggi, dan kesulitan dalam berkonsetransi di kelas sehingga mengakibatkan penurunan prestasi belajar; tidak jarang mereka yang mengalami bullying maupun hazing yang terus menerus menjadi depresi dan melakukan tindak bunuh diri.
3. Situasi dan kehidupan Telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang erat antara timbulnya gangguan mental dengan berbagai kondisi kehidupan dan sosial masyarakat tertentu seperti, kemiskinan, pengangguran, perceraian orangtua, dan adanya penyakit kronik pada remaja.

2. Faktor protektif

Faktor protektif merupakan faktor yang memberikan penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai faktor risiko akan mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan jiwa tertentu. Rutter (1985) menjelaskan bahwa faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi, merubah, atau menjadikan respons seseorang menjadi lebih kuat menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya. Faktor protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir berupa terjadi atau tidaknya masalah perilaku atau emosi, atau gangguan mental di kemudian hari.

Rae G N dkk. mengemukakan berbagai faktor protektif, antara lain adalah:

1. Karakter/watak personal yang positif.
2. Lingkungan keluarga yang suportif.
3. Lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk memperkuat upaya penyesuaian diri remaja.
4. Keterampilan sosial yang baike. Tingkat intelektual yang baik.

Menurut E. Erikson, dengan memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor risiko pada seorang remaja maka tercapailah kematangan kepribadian dan kemandirian sosial yang diwarnai oleh;

1. Self awareness yang ditandai oleh rasa keyakinan diri serta kesadaran akan kekurangan dan kelebihan diri dalam konteks hubungan interpersonal yang positif.
2. Role of anticipation and role of experimentation, yaitu dorongan untuk mengantisipasi peran positif tertentu dalam lingkungannya, serta adanya keberanian untuk bereksperimen dengan perannya tersebut yang tentunya disertai dengan kesadaran akan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya.
3. Apprenticeship, yaitu kemauan untuk belajar dari orang lain untuk meningkatkan kemampuan/keterampilan dalam belajar dan berkarya.

Masalah aktual kesehatan mental remaja saat ini

1. Perubahan psikoseksual

Produksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan seks dan perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam bentuk pemujaan terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dan lainnya.

Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan dirinya dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya maka hal ini dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.

2. Pengaruh teman sebaya

Kelompok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang remaja. Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar dalam mendorong terbentuknya berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan ‘dunianya’ adalah sekolah. Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya, olahragawan, dan lainnya.

Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya akibat peran teman sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu timbulnya perilaku antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos, dan lainnya.

3. Perilaku berisiko tinggi

Remaja kerap berhubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai bentuk dari identitas diri. 80% dari remaja berusia 11-15 tahun dikatakan pernah menunjukkan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode tersebut, seperti berkelakuan buruk di sekolah, penyalahgunaan zat, serta perilaku antisosial (mencuri, berkelahi, atau bolos) dan 50% remaja tersebut juga menunjukkan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku criminal yang bersifat minor. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja pernah menggunakan marijuana, 65% remaja merokok, dan 82% pernah mencoba menggunakan alkohol.

Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka merasa lebih dapat diterima, menjadi pusat perhatian oleh kelompok sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (‘fun’). Walaupun demikian, sebagian remaja juga menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan cara mereka untuk mengurangi perasaan tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.

4. Kegagalan pembentukan identitas diri

Menurut J. Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. E. Erikson dalam teori perkembangan psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang mantap yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih terarah. Mereka mulai belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang terbaik untuk mereka seperti teman, minat, atau pun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu perseteruan dengan orangtua atau lingkungan yang tidak mengerti makna perkembangan di masa remaja dan tetap merasa bahwa mereka belum mampu serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.

Secara perlahan, remaja mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari berbagai sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah superego yang khas yang merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga terjawab pertanyaan ’siapakah aku?’ dan ’kemanakah tujuan hidup saya?’

Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk kondisi kebingungan peran (role confusion). Role confusion ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara untuk mengekspresikan kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari gangguan dalam proses pembentukan identitas diri di masa remaja ini.

5. Gangguan perkembangan moral

Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima secara bersama, apabila ads dua standar yang secara sosial diterima bersama tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil keputusan untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam pembentukan moralitasnya, remaja mengambil nilai etika dari orangtua dan agama dalam upaya mengendalikan perilakunya. Selain itu, mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi orangtua sendiri tidak berbuat demikian.

Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal itu tidak mebahayakan kesehatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan memasuki usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja. Jika pembentukan ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola perilaku antisosial dan perilaku menentang yang tentunya mengganggu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.

6. Stres di masa remaja

Banyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka berhadapkan dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai sesuai dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan yang berkaitan dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian.

Tantangan ini tentunya berpotensi untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya tekanan yang nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut.

Pencegahan

Salah satu usaha pencegahan agar permasalahan remaja tidak menjadi gangguan atau penyimpangan pada remaja adalah usaha kita untuk dapat melakukan pengenalan awal atau deteksi dini. Beberapa instrumen skreening sudah banyak dikembangkan untuk melakukan deteksi dini terhadap penyimpangan masalah psikososial remaja diantaranya adalah The Child Behavior Checklist (CBCL), Pediatric Symptom Checklist (PSC), the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ).

Pediatric symptom checklist adalah alat untuk mendeteksi secara dini kelainan psikososial untuk mengenali adanya masalah emosional dan perilaku, didalamnya berisi beberapa pertanyaan tentang kondisi-kondisi perilaku anak yang dikelompokkan dalam 3 masalah yaitu atensi, internalisasi, dan eksternalisasi. Terdapat 2 versi, yaitu PSC-17 yang diisi oleh orang tua untuk anak usia 4-16 tahun dan PSC-35 yang diisi sendiri oleh remaja (Youth-PSC) untuk remaja usia > 11 tahun.

Remaja cenderung energetik, selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung berontak dan mengukur segalanya dengan ukurannya sendiri dengan cara berfikir yang tidak logis. Kadang remaja melakukan hal-hal diluar norma untuk mendapatkan pengakuan tentang keberadaan dirinya dimasyarakat, salah satunya adalah melakukan tindakan penyalahgunaan obat/zat. Ditinjau dari aspek sosial, masalah ini bukan hanya berakibat negatif terhadap diri penyandang masalah saja, melainkan membawa dampak juga terhadap keluarga, lingkungan sosial, lingkungan masyarakatnya, bahkan dapat mengancam dan membahayakan masa depan bangsa dan negara.

Beberapa istilah yang sering dikaitkan dengan penyalahgunaan obat adalah sebagai berikiut:

* Penyalahgunaan zat atau bahan lainnya (NAPZA) yaitu penggunaan zat/y yobat yang dapat menyebabkan ketergantungan dan efek non-terapeutik atau non-medis pada individu sendiri sehingga menimbulkan masalah pada kesehatan fisik / mental, atau kesejahteraan orang lain.
* NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /ypsikologi seseorang (pikiran,perasaan, perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
* Intoksikasi obat adalah perubahan fungsi-fungsi fisiologis, psikologis, emosi, ykecerdasan, dan lain-lain akibat penggunaan dosis obat yang berlebihan.
* Adiksi obat adalah gangguan kronis yang ditandai dengan peningkatan ypenggunaan obat meskipun terjadi kerusakan fisik, psikologis maupun sosial pada pengguna.
* Ketergantungan psikologis adalah keinginan untuk mengkonsumsi obat yuntuk memperoleh efek positif atau menghindari efek negatif akibat tidak mengkonsumsinya.
* Ketergantungan fisik adalah adaptasi fisiologis terhadap obat yang ditandai ydengan timbulnya toleransi terhadap efek obat dan sindroma putus obat bila dihentikan.

Tidak ada metode pencegahan yang sempurna, yang dapat diterapkan untuk seluruh populasi. Populasi yang berbeda memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda pula. Pembagian metode pencegahan adalah sebagai berikut:

1. Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk keluarga maupun anak.
2. Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi. Risiko tersebut dapat berupa risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan biologis.
3. Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami berbagai faktor risiko dalam suatu keluarga yang disfungsional.

Semua upaya pencegahan pada umumnya ditujukan untuk memperbaiki mengurangi faktor risiko dan memperkuat faktor protektif dari individu, keluarga
dan lingkungannya. Faktor risiko mempermudah seseorang untuk menjadi pengguna sedangkan faktor protektif membuat seseorang cenderung tidak menggunakan obat. Tugas dari seorang dokter anak adalah mengawasi terhadap faktor risiko tersebut, mengatasinya atau merujuknya kepada ahli lain. Dengan menggunakan alat Skrining penyalahgunaan zat pada remaja dalam bentuk kuesener seperti CRAFFT screening test yang cukup sederhana dan relevan dapat untuk mengenali risiko terjadinya penyalahgunaan zat/obat.

Kuesioner CRAFFT

* C:Apakah pernah berkendaraan (car) dengan atau tanpa seseorang dalam keadaan mabuk atau setelah memakai obat-obatan?
* R: Apakah minum alkohol atau memakai obat untuk relaks, merasa diri lebih baik (fit in)?
* A: Apakah pernah minum alkohol atau memakai obat saat sendirian (alone)?
* F: Apakah anda pernah melupakan (forget) hal-hal yg telah anda lakukan selama selama menggunakan alkohol atau obat-obatan?
* F: Apakah keluarga atau teman (friend) anda pernah mengatakan kepada anda untuk menghentikan kebiasaan minum-minum atau penggunaan obat-obatan?
* T: Apakah terlibat masalah (trouble) akibat minum alkohol atau memakai obat?

Bila didapatkan dua atau lebih jawaban “ya”, maka remaja mempunyai masalah yang serius dalam penyalahgunaan zat.

Peran Orang Tua Dan Lingkungan

Perilaku berisiko tinggi yang dilakukan remaja perlu dicermati dengan bijaksana karena di satu pihak dapat merupakan perilaku sesaat tapi juga dapat pula merupakan pola perilaku yan terus menerus yang dapat membahayakan diri, orang lain maupun lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu cara pendekatan yang komprehensif dari semua pihak baik orang tua, guru maupun masyarakat sekitar agar memahami perkembangan jiwa remaja dengan harapan masalah remaja dapat tertanggulangi.

Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri, kesulitan belajar, depresi dll. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini digantungkan.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :

Peran Orangtua

* Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
* Membekali anak dengan dasar moral dan agama
* Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua – anak
* Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
* Menjadi tokoh panutan dalam perilaku maupun menjaga lingkungan yang sehat
* Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak Hindarkan anak dari NAPZA

Peran Sebagai Pendidik
Orang tua hendaknya menyadari banyak tentang perubahan fisik maupun psikis yang akan dialami remaja. Untuk itu orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak. Nilai-nilai agama yang ditanamkan orang tua kepada anaknya sejak dini merupakan bekal dan benteng mereka untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi. Agar kelak remaja dapat membentuk rencana hidup mandiri, disiplin dan bertanggung jawab, orang tua perlu menanamkan arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah, di luar sekolah serta di dalam keluarga.

Peran Sebagai Pendorong
Menghadapi masa peralihan menuju dewasa, remaja sering membutuhkan dorongan dari orang tua. Terutama saat mengalami kegagalan yang mampu menyurutkan semangat mereka. Pada saat itu, orang tua perlu menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam menghadapi masalah, serta tidak gampang menyerah dari kesulitan.

Peran Sebagai Panutan
Remaja memerlukan model panutan di lingkungannya. Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan, baik dalam menjalankan nilai-nilai agama maupun norma yang berlaku di masyarakat. Peran orang tua yang baik akan mempengaruhi kepribadian remaja.

Peran Sebagai Pengawas
Menjadi kewajiban bagi orang tua untuk melihat dan mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang membawanya ke dalam kenakalan remaja dan tindakan yang merugikan diri sendiri. Namun demikian hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah lembut. Sikap penuh curiga, justru akan menciptakan jarak antara anak dan orang tua, serta kehilangan kesempatan untuk melakukan dialog terbuka dengan anak dan remaja.

Peran Sebagai Teman
Menghadapi remaja yang telah memasuki masa akil balig, orang tua perlu lebih sabar dan mau mengerti tentang perubahan pada remaja. Perlu menciptakan dialog yang hangat dan akrab, jauh dari ketegangan atau ucapan yang disertai cercaan. Hanya bila remaja merasa aman dan terlindung, orang tua dapat menjadi sumber informasi, serta teman yang dapat diajak bicara atau bertukar pendapat tentang kesulitan atau masalah mereka.

Peran Sebagai Konselor
Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi remaja, ketika menghadapi masa-masa sulit dalam mengambil keputusan bagi dirinya. Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai yang positif dan negatif , sehingga mereka mampu belajar mengambil keputusan terbaik. Selain itu orang tua juga perlu memiliki kesabaran tinggi serta kesiapan mental yang kuat menghadapi segala tingkah laku mereka, terlebih lagi seandainya remaja sudah melakukan hal yang tidak diinginkan. Sebagai konselor, orang tua dituntut untuk tidak menghakimi, tetapi dengan jiwa besar justru harus merangkul remaja yang bermasalah tersebut.

Peran Sebagai Komunikator.
Suasana harmonis dan saling memahami antara orang tua dan remaja, dapat menciptakan komunikasi yang baik. Orang tua perlu membicarakan segala topik secara terbuka tetapi arif. Menciptakan rasa aman dan telindung untuk memberanikan anak dalam menerima uluran tangan orang tua secara terbuka dan membicarakan masalahnya. Artinya tidak menghardik anak.

Peran Guru

* Bersahabat dengan siswa
* Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
* Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
* Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
* Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
* Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
* Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
* Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempa
* Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
* Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat adalah hal fisik, mental, spiritual dan sosial
* Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA

Peran Pemerintah dan masyarakat

* Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti
* Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
* Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
* Memberikan keteladanan
* Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
* Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan

Peran Media

* Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)y
* Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)y
* Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas ybiaya khusus untuk remaja

Saat ini masih sedikit klinik khusus kesehatan remaja, sehingga para remaja yang memiliki masalah psikososial diperiksakan kepada dokter ahli jiwa psiakater terdekat. Peran Puskesmas yang kini sudah mengakar di masyarakat bisa dikembangkan untuk mempunyai divisi khusus yang menangani permasalahan remaja.

Pembentukan Klinik Kesehatan Remaja agaknya bisa menjadi solusi mengatasi makin tingginya remaja yang terkena penyakit infeksi seksual menular dan penyakit lain akibat penyalahgunaan narkoba. Melalui klinik khusus tersebut, remaja bisa mengungkapkan persoalannya tanpa takut‑-takut guna dicarikan solusi atas masalahnya tersebut.

Minggu, 05 Februari 2012

PERMASALAHAN PADA REMAJA



 PERMASALAHAN PADA REMAJA

                      Kenakalan remaja merupakan salah satu dari sekian banyak masalah sosial yang semakin merebak pada waktu sekarang ini. Masalah sosial sering dikaitkan dengan masalah perilaku menyimpang dan bahkan pelanggaran hukum atau tindak kejahatan. Upaya rehabilitasi dianggap lebih tepat untuk mengatasi masalah kenakalan remaja. Hal ini karena remaja adalah generasi penerus yang masih memungkinkan potensi sumberdaya manusianya berkembang, sehingga pada saatnya akan menggantikan generasi sebelumnya menjadi pemimpin-pemimpin bangsa.
Pada saat ini semakin berkembang bentuk penyimpangan perilaku yang dilakukan remaja. Kenakalan remaja tidak hanya berbentuk bolos sekolah, mencuri kecil-kecilan, tidak patuh pada orang tua, tetapi mengarah pada tindakan kriminal, seperti perkelahian masal antar pelajar (tawuran) yang menyebabkan kematian, perkosaan, pembunuhan dan lain-lain. Di Amerika Serikat hampir lebih dari 40 % orang-orang yang melakukan kejahatan serius adalah anak-anak remaja nakal. Ditemukan setiap harinya 2500 anak lahir di luar pernikahan, 700 anak lahir dengan berat badan rendah, 135.000 anak membawa senjata tajam ke sekolah, 7.700 anak umur belasan melakukan kegiatan seksual aktif, 600 anak umur belasan mengidap syphilis atau gonorhoe, dan 6 anak umur belasan memutuskan untuk bunuh diri (Horn, 1991). Di Indonesia tercatat pada Direktorat Bimbingan Masyarakat POLRI, bahwa pada tahun 1994 menangkap 1.261 pelaku perkelahian antar pelajar dan pada tahun 1998 data ini telah meningkat  menjadi 18.946 pelaku yang ditangkap (Justika, 1999).

Kenakalan Remaja

Menurut C. Zastrow (1982), Juvenile Deliquency atau kenakalan remaja adalah label perilaku-perilaku, seperti menjauh/menghindar dari sekolah, dari kebosanan, dari orang tua yang menterlantarkan, dari kesulitan diri, dari rumah yang bermasalah, dari situasi rumah yang membosankan, dari rumah yang tidak bahagia, dari kehidupan yang sulit, dan dari kesulitan yang satu ke kesulitan yang lain. Perilaku mereka berkisar dari perilaku agresi pasif (bolos sekolah) ke perilaku kenakalan atau kejahatan, perilaku yang tidak dapat dikendalikan (menentang aturan-aturan disiplin keluarga, minggat, mencuri kecil-kecilan di toko) ke perilaku agresi aktif  dan kejahatan (vandalisme / merusak tanpa alas an, membakar rumah dengan sengaja, dan penyerangan secara fisik). Mereka berumur di bawah 17 tahun dan berasal dari semua tingkatan ekonomi  (orang kaya, berpenghasilan menengah, pegawai tapi miskin, dan miskin akut), dan single parent maupun keluarga utuh, laki-laki maupun perempuan, dan tidak mengenal ras.
Menurut Parillo, Stimpson dan Stimpson (1985), yang tergolong remaja nakal adalah mereka yang ditangkap, seperti :
  1. Anak laki-laki yang ditangkap lebih daripada anak perempuan
  2. Angka penangkapan untuk kenakalan yang paling tinggi di kota-kota paling besar , yang paling tinggi berikutnya di daerah-daerah subur, dan yang paling rendah adalah di wilayah-wilayah pedesaan. Pola ini sama dalam semua bentuk kejahatan.
  3. Angka penangkapan yang paling tinggi adalah kalangan anak-anak yang berasal dari keluarga pecah (single parent) dan keluarga yang sangat besar.
  4. Mereka yang ditangkap biasanya berakibat buruk di sekolah, menyebabkan putus sekolah atau prestasinya rendah di bawah rata-rata.
  5. Mereka yang ditangkap biasanya tinggal di wilayah-wilayah yang bercirikan adanya deprivasi sosial dan ekonomi (tempat tinggal lebih penting daripada status keluarga dilihat dari resiko ditangkap).

Penyebab Kenakalan Remaja

Manusia, termasuk anak dan remaja adalah mahluk sosial yang senantiasa melakukan interaksi yang terbuka dengan berbagai faktor yang sulit dideteksi secara jelas, dan memungkinkan lebih bersifat individual. Profesi pekerjaan sosial merupakan profesi yang  bertanggung jawab atas masalah sosial kenakalan remaja, menunjuk ketidakmampuan orang tua sebagai penyebab kenakalan remaja, yang dalam hal ini berarti keluarga. Orang tua seharusnya memiliki kompetensi untuk mengendalikan anak-anak mereka, terutama yang sedang memasuki masa remaja. Sosiolog memandang disorganisasi sosial sebagai penyebab terjadinya kenakalan semaja, sedangkan psikolog mengacu pada pandangan Freud, bahwa kenakalan remaja disebabkan oleh terjadinya inner conflict, kelabilan emosional dan emosi alam bawah sadar lainnya.
Keluarga sering dianggap sebagai sumber tunggal dari banyak masalah sosial. Teoritisi Fungsionalis beranggapan bahwa ketidakmampuan kelompok tertentu, terutama orang-orang miskin dan para imigran, mengakibatkan anak-anak mereka mencari hubungan-hubungan alternatif seperti gang, kelompok kriminal, dan kelompok sebaya yang menyimpang lainnya. Teoritisi Interaksionist mempelajari pola-pola interaksi  keluarga sebagai petunjuk mengapa beberapa anggota keluarga berubah menyimpang, misalnya : keluarga-keluarga yang dikepalai oleh perempuan dan keluarga yang pasangannya tidak menikah, tetapi menganut norma-norma keluarga konvensional, sering mendapat stigma dan sumber masalah sosial. Bagi Teoritisi Konflik, keluarga adalah sumber masalah sosial ketika nilai-nilai yang diajarkan bertentangan dengan masyarakat yang lebih besar. Para sosiolog mengabaikan perspektif teoritis tentang keluarga tersebut dan cenderung memfokuskan pada apa yang dapat dilakukan oleh institusi-institusi dalam masyarakat, terutama institusi-institusi kesejahteraan sosial, untuk mempertahankan dan memperkuat stabilitas keluarga.
Keluarga sebagai iakatan sosial pertama yang dialami oleh seseorang. Di dalam keluargalah anak belajar untuk hidup sebagai mahluk sosial yang berinteraksi dengan orang lain dalam lingkungannya (learning to live as a social being) (Brill, 1978). Keluarga merupakan wadah pertama bagi seseorang untuk mempelajari bagaimana dirinya merupakan suatu pribadi yang terpisah dan harus berinteraksi dengan orang-orang lain di luar dirinya. Interaksi sosial yang terjadi dalam keluarga ini merupakan suatu komponen vital dalam sosialisasi seorang manusia. Anak akan menyerap berbagai macam pengetahuan, norma, nilai, budi pekerti, tatakrama, sopan santun, serta berbagai keterampilan sosial lainnya yang sangat berguna dalam berbagai kehidupan masyarakat. Anak akan belajar bagaimana memikul rasa bersalah, bagaimana menghadapi secara konstruktif berbagai tanggapan anggota keluarganya yang lain, anak akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, kepuasan, dan cinta kasih terhadap sesama mahluk. Dengan demikian, keluargalah pelaku pendidikan utama bagi seorang anak menjadi manusia secara penuh, manusia yang mampu hidup bersama manusia lain dalam lingkungannya yang diliputi suasana harmonis, bukan manusia congkak yang memiliki dorongan agresi, merusak, dan mengganggu lingkungan sosialnya.
Suatu keluarga yang penuh dengan kehangatan, cinta kasih, dan dialog terbuka akan diserap oleh anak dan dijadikan sebagai nilainya sendiri. Hal inilah yang menjadi landasan kuat anak dalam berinteraksi dengan orang lain di masyarakat yang lebih luas. Pada kenyataannya, keluarga dengan kondisi seperti itu tidak selalu terbentuk. Banyak keluarga yang penuh dengan kekerasan, akibat berbagai situasinya tidak sempat mendidik anaknya menjadi manusia yang secara sosial memiliki kematangan, misalnya anak yang hanya diarahkan kepada pembantu rumah tangga dari pagi hingga malam hari, enam hari dalam seminggu, akibat kedua orang tuanya harus bekerja mencari nafkah. Banyak keluarga yang merasa lingkungan sosialnya kurang aman sehingga melarang anak-anaknya bergaul di luar rumah, sedangkan orang tuanya sendiri sibuk dengan pekerjaannya. Keluarga akan menghasilkan manusia yang “kering”, “kerdil” dan “tidak bersahabat”. Inilah yang memungkinkan menjadi pra kondisi bagi kenakalan anak dan remaja. Anak akan menyerap perilaku, kebiasaan, tatakrama, serta norma yang berasal dari televisi tanpa mendapat bimbingan yang cukup berarti dari kedua orang tuanya. Anak akan menyerap tanpa evaluasi, atas perilaku orang lain yang diamatinya.

Perubahan Keluarga dan Kenakalan Remaja

Unit keluarga adalah sekelompok individu-individu yang satu sama lain dihubungkan baik oleh darah, maupun oleh institusi seperti perkawinan. Didalam kelompok tersebut biasanya terdapat pembagian wewenang (otoritas), hak tanggung jawab, serta peran-peran ekonomi dan seks. Definisi keluarga mungkin berbeda antara masyarakat yang satu dengan yang lainnya, yang menimbulkan perbedaan pula dalam standar perilakunya. Unit Nuclear Family terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak mereka, dan Extended Family, terdiri atas orang tua, anak-anak, kakek-nenek, bibi, paman dan lain-lain yang tinggal bersama. Pada extended family, orang tua mempertahankan otoritas atas perkawinan diantara sepupu dilarang. Pada nuclear family unit keluarga tidak tergantung, perkawinan antar sepupu dianggap normal. Nuclear family adalah tipe keluarga yang menonjol dalam masyarakat industri, sedangkan extended family banyak ditemukan pada kultur masyarakat agraris.
Menurut W. Kornblum (1989), dewasa ini keluarga mengalami perubahan-perubahan dari extended family menjadi nuclear family, dan single earner menjadi dual earner, dari agraris ke industri dan teknologi. Bahkan definisi keluargapun berubah dari kumpulan orang-orang yang didasarkan pada hubungan darah atau perkawinan menjadi atas dasar companionship (kesepakatan atau komitmen) saja, seperti yang dilakukan oleh para kaum homo seksual di Amerika Serikat. Bila perubahan-perubahan ini tidak menimbulkan akibat negatif pada fungsi utama keluarga, yaitu memelihara dan membesarkan anak, mungkin bukan masalah. Akan tetapi, bila terjadi sebaliknya maka itu adalah sebuah masalah.
Semua keluarga secara kontinyu berubah, sebab mereka harus secara konstan menyesuaikan diri dengan siklus perkembangan keluarga, dimana peran-peran dari semua anggota keluarga berubah. Misalnya, sebagian besar keluarga melampaui tahap-tahap pra nikah, membesarkan anak, kesepian, dan pensiun. Selama dalam tahap dan pada masa transisi ke tahap yang lain, keluarga menghadapi tantangan untuk mempertahankan stabilitas atau kontinuitas, sehingga berfungsi secara memadai. Menurut Glasser dan Glasser (1965) ada lima kriteria keluarga berfungsi memadai, yaitu :
  1. Konsistensi peranan internal di antara anggota keluarga.
  2. Konsistensi peran-peran dan norma-norma keluarga, serta penampilan peran aktual.
  3. Penyesuaian peran-peran dan norma-norma keluarga dengan norma-norma masyarakat.
  4. Kemampuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan psikologis anggota-anggota keluarga.
  5. Kemampuan keluarga dalam merespons perubahan-perubahan.
Kegagalan melaksanakan fungsi-fungsi ini dapat menimbulkan masalah-masalah dalam keluarga. Kegagalan tersebut biasanya tanpa sengaja dan mengakibatkan krisis internal dan eksternal. Krisis eksternal berasal dari luar, misalnya orang tua menganggur karena terkena PHK. Ini dapat mengakibatkan orang tua kehilangan harga diri dan otoritas, dan senua anggota akan takut dan cemas karena tidak adanya jaminan ekonomi. Krisis internal muncul dalam keluarga sebagai akibat, misalnya salah seorang anak mengalami mental disorder, ketidaksetiaan perkawinan dan lain-lain. Perubahan besar dalam satu peran keluarga dapat mempengaruhi krisis internal, misalnya orang tua yang tiba-tiba memutuskan untuk bekerja disamping mengurus anak, atau tiba-tiba berhenti bekerja.
Tekanan-tekanan dan masalah-masalah interpersonal lainnya dapat menimbulkan “empty shell” dalam keluarga, yaitu tidak lagi memiliki perasaan kehangatan dan kemenarikan diantara anggota-anggota keluarga karena tekanan dari luar. Di dalam keluarga tidak ada lagi strong attachment, saling mengabaikan kewajiban, dan berkomunikasi seminimal mungkin. Situasi rumah seperti demikian merupakan tempat yang subur untuk tumbuh dan berkembangnya masalah kenakalan anak dan remaja. Rumah atau keluarga yang bahagiapun dapat mengakibatkan terjadinya masalah kenakalan remaja, bila keluarga lost event dalam memperhatikan anak remajanya.

Model Pendekatan Dalam Memahami Remaja

Kenakalan anak dan remaja merupakan hal yang harus diperhatikan oleh orang tua dalam upaya pemecahannya. Tidak mudah untuk mendekati mereka tanpa memahami siapa mereka dan dalam kondisi apa. Jones dan Pritchard (1985) mengemukakan lima model pendekatan untuk memahami remaja, yaitu :
1. Model Konstitusi (Constitutional Model)
Model ini memahami remaja dari perkembangan biologis dan fisiologis. Perkembangan fisik dan biologis yang terlalu dini atau terlalu lambat dapat menimbulkan masalah bagi remaja, terutama dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. Misalnya anak perempuan terlalu cepat mengalami menstruasi dan mengalami pembesaran buah dada, atau sebaliknya terlambat (sudah lewat masa remaja) belum mengalami masa menstruasi dan buah dadanya masih belum muncul. Hal ini dapat menimbulkan kepanikan, rendah diri, yang akhirnya sulit  berkomunikasi dan tidak dapat menyesuaikan dengan lingkungan. Demikian pula dengan perkembangan biologis dan fisiologis anak laki-laki, misalnya mimpi basah, tumbuh bulu dan lain-lain. Peran orang tua dalam hal ini sangat penting untuk membimbing mempersiapkan berbagai kemungkinan menghadapi perkembangan biologis dan fisiologis.
2. Model Krisis Identitas (Identity Crises Model)
Model ini memahami remaja berdasarkan pemahaman remaja terhadap identitas dan konsep dirinya. Memandang remaja mengalami krisis identitas, belum memiliki kejelasan tentang siapa dirinya, apa potensinya dan apa kekurangannya. Berdasarkan model ini, remaja harus dibantu untuk menjawab pertanyaan siapa saya?, sehingga memperoleh kejelasan tentang konsep diri dan identitas dirinya. Bila tidak, remaja akan mengidentifikasi dan melakukan imitasi identitas orang lain, terutama tokoh idolanya sebagai dirinya. Masalah muncul bila tokoh yang menjadi idolanya adalah tokoh mafia, yang sering digambarkan sebagai pembunuh berdarah dingin. Dalam hal ini peran orang tua dan para profesional yang berkepentingan mempunyai tanggung jawab untuk membantu remaja agar memiliki kejelasan terhadap identitas dan konsep dirinya.
3. Model Kebutuhan (Need Model)
Mengacu pada teori kebutuhan untuk memahami remaja. Menurut teori kebutuhan Maslow (1970), bila kebutuhan fisiologis dan kebutuhan akan rasa aman terpenuhi, maka pemenuhan kebutuhan-kebutuhan lainnya tidak akan banyak menemukan kesulitan yang berarti. Kedua kebutuhan tersebut sangat berpengaruh pada pemenuhan kebutuhan-kebutuhan remaja yang lainnya. Remaja sering menampilkan perilaku kasar bila perutnya lapar, kurang tidur an perasaannya tidak aman. Dalam hal ini orang tua sangat berperanan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan fisiologis dan rasa aman remaja.
4. Model Belajar Sosial (Social Learning Model)
Memandang bahwa remaja sangat sensitive atas model-model perilaku di lingkungannya. Bandura (1970) mengemukakan sebuah teori bahwa apabila seseorang terekspos pada satu model perilaku, kemudian exposure tersebut terjadi berulang-ulang (repetition), maka akan terjadi retention (penyimpanan dalam long-term memory). Bila ini terjadi, maka seseorang tersebut akan mengikuti model perilaku tersebut. Exposure ini biasanya dialami remaja dari media massa terutama televisi atau dari lingkungan sebayanya. Bila model perilaku yang menempa remaja tersebut ternyata dianggap cocok, maka remaja akan mengikuti model perilaku tersebut.  Selain itu, pada saat berkumpul dengan lingkungan kelompoknya, biasanya mereka berperilaku sama, yang sebenarnya merupakan hasil belajar sosial. Masalah muncul apabila model perilaku yang mengeksposnya adalah model perilaku negatif atau menyimpang. Orang tua dan para profesional yang berkepentingan juga mempunyai tanggung jawab dalam hal mencegah tereksposnya remaja pada model-model perilaku negatif atau menyimpang, atau mempersiapkan remaja agar memiliki ketahanan dalam menghadapi pengaruh model-model perilaku tersebut.
5. Model Stress (Stress Model)
Memandang bahwa setiap orang pasti mengalami stress pada suatu saat. Kemampuan mengatasi stress (Coping Ability) sangat berperanan. Stress yang tidak teratasi akan mengakibatkan kecemasan, baik kecemasan ringan, seperti berkeringat, sampai kecemasan berat seperti psikosomatis. Daya untuk mengatasi atau mengelola stress pada diri remaja perlu dikembangkan. Banyak kasus-kasus kenakalan remaja disebabkan oleh stress dan rendahnya kemampuan untuk mengatasi. Pelatihan-pelatihan untuk mengatasi stress dapat membantu para remaja mengembangkan coping ability.
Pemberdayaan Untuk Memperkuat Keluarga
Pemberdayaan keluarga yang ditujukan untuk menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan anak dan remaja didasarkan atas asumsi-asumsi untuk memperkuat keluarga. Seorang Pekerja Sosial yang menggunakan model pemberdayaan didalam prakteknya akan mampu membantu keluarga yang mengalami masalah dimana : 1) mereka sama sekali tidak bertanggung jawab terhadap masalahnya akan tetapi akan bertanggung jawab terhadap solusi terhadap masalah tersebut; 2) membantu profesional dalam mencapai keahlian yang dapat digunakan dalam proses pemecahan masalah; 3) resolusi masalah yang menuntut kolaborasi antara keluarga dan “penolong” sebagai suatu kesatuan; 4) relasi mereka dengan beberapa institusi sosial akan mempengaruhi etiologi dan terpeliharanya masalah yang dialami oleh mereka, misalnya relasinya dengan polisi, rumah sakit, sekolah, lembaga probasi; 5) sistem tidak monilitis tetapi terbentuk dari subsistem dan cara-cara yang efektif yang berhubungan dengan sistem ini dapat dipelajari dalam cara yang sama dimana relasi dengan individu-individu dapat dipelajari.
1. Enabling
Asumsi dari strategi ini adalah bahwa keluarga mungkin memiliki sumber-sumber yang tidak selalu dikenali sebagai hal yang bermanfaat didalam pencapaian sistem apa yang keluarga butuhkan. Enabling menunjuk pada tindakan pekerja sosial untuk menyediakan informasi atau kontak yang akan memberikan kemampuan terhadap keluarga untuk memanfaatkan sumber-sumber yang ada pada keluarga lebih efektif. Keluarga mencoba untuk memperoleh pelayanan dukungan khusus untuk anaknya yang mengalami kegagalan di sekolah. Keluarga diberikan kemampuan untuk dapat menghadapi otoritas sekolah dan mendapatkan pelayanan.
2. Linking
Asumsi strategi ini bahwa keluarga dapat memperbesar kekuatannya sendiri melalui berhubungan dengan orang lain yang dapat menyediakan persepsi-persepsi dan atau kesempatan-kesempatan baru. Mungkin keluarga berhubungan dengan orang lain untuk menyediakan kekuatan kolektif yang dapat membuat lebih kuat didalam menghadapi sistem. Linking menunjuk pada tindakan yang dilakukan oleh pekerja sosial untuk menghubungkan keluarga-keluarga kepada keluarga-keluarga lain, kelompok atau jaringan kerja.
3. Catalyzing
Asumsi strategi ini bahwa keluarga memiliki sumber-sumber akan tetapi sumber tambahan dibutuhkan sebelum sumber yang ada pada keluarga digunakan secara penuh. Sebagai contoh, apabila orang tua memiliki keterampilan kerja, maka mereka akan membutuhkan pekerjaan sebelum keterampilan tersebut digunakan. Catalyzing menunjuk pada tindakan pekerja sosial untuk mendapatkan sumber-sumber yang menjadi prasyarat untuk keluarga menggunakan secara penuh sumber-sumbernya yang sudah ada.
4. Priming
Asumsi strategi ini bahwa banyak sistem dimana keluarga yang tadinya memiliki respon negatif, diarahkan kepada pemberian respon yang lebih positif.  Keluarga menjadi berpengalaman didalam berhubungan dengan konflik. Sebagai contoh, seorang ibu diberi kemampuan untuk mendiskusikan reaksi anak laki-lakinya terhadap situasi stress di rumah dengan konselor sekolah dan gurunya.
Kesimpulan
Masalah kenakalan anak dan remaja tidak memandang tempat maupun status sosial ekonomi, ada pada setiap lapisan masyarakat, di kota maupun di desa, pada lingkungan kaya maupun miskin. Keluarga sebagai penyebab tidak langsung terjadinya kenakalan remaja selain masyarakat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam keluarga, misalnya dari single earner menjadi dual earner mengakibatkan ibu rumah tangga berkurang waktunya untuk memperhatikan anaknya. Perubahan ini juga memberikan kontribusi pada semakin besarnya peluang terjadinya perceraian. Fenomena empty shell juga dapat disebabkan oleh perubahan akibat tidak langsung terjadinya kenakalan remaja, sebab kebutuhan akan rasa aman remaja tidak terpenuhi.
Kenakalan remaja dapat difahami melalui lima model pendekatan, yaitu model konstitusional, yang memahami remaja dari perkembangan fisiologis dan biologis; model krisis identitas untuk memahami kesulitan remaja dalam menemukan jati dirinya; model kebutuhan yang memahami remaja dari kondisi pemenuhan kebutuhan dasar manusia; model belajar sosial untuk memahami bagaimana perilaku remaja sebagai hasil belajar dari lingkungannya; dan model stress untuk memahami bagaimana kemampuan remaja dalam mengatasi stress (coping ability).
Keluarga, bagaimanapun merupakan sumber terjadinya masalah kenakalan remaja, akan tetapi keluarga juga merupakan sumber untuk mencegah dan mengatasi kenakalan remaja. Hal ini sejalan dengan aliran konservatif yang menganggap bahwa keluarga, utamanya yang memiliki orang tua lengkap, merupakan institusi yang sangat penting sebagai tempat anak untuk tumbuh dan berkembang ke arah yang memadai dengan menerapkan nilai dan moralitas yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat. Demikian pula Parsons (1964) dan Parsons & Bales (1956) mengatakan bahwa modernisasi akan melunturkan dan mengurangi fungsi keluarga. Fungsi sosialisasi anak dan tention.